Sejarah & Profil

Pondok Pesantren Mambaul Huda

Batanghari Lampung Timur

Sarana Pendidikan

Dome Buildings during Golden Hour

Data Kelembagaan

Nomor Statistik (NSPP)

510018070041

NPWP

91.396.237.9-321.000

SK Izin Operasional

022432

Tanggal SK

11-03-2022

Instansi Penerbit SK

Kemenag Pusat

Pendiri : KH. Muhammad Noor Asrori

Pengasuh Saat ini Ky. Hamid Asrori

Islam Mosque View  during Sunset

Awal Pendirian

Berawal dari 2 Orang Santri

Pondok Pesantren Mambaul Huda didirikan oleh KH. Muhammad Noor Asrori atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ky. Pardi. Pada saat izin untuk pamit mukim, beliau dibekali oleh gurunya KH. Zainuddin Saefullah Kebumen Jawa Tengah 2 orang santri, yaitu: Ky. Mahasin yang wafat dan dikebumikan di PP. Mambaul Huda dan KH. Nuruddin (Pendiri PP. Riyadlatul `Ulum).


Ky. Pardi sendiri cukup lama nyantri pada KH. Zainuddin Saefullah (santri KH. Djazuli Usman PP. al-Falah Ploso) kurang lebih 17 tahun. Ky. Pardi juga nyantri pada Mbah Ky. Juwaini, santri Hadrotu Syaikh KH. Hasyim Asy`ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Dome Buildings during Golden Hour

Sepeda Ontel & Bekas Kandang Kerbau

Sepulangnya dari pesantren, pada tahun 1973 Ky. Pardi membuka pendidikan madrasah diniyyah siang hari dan malam hari. Masyarakat sangat antusias untuk mengikuti pendidikan diniyyah tersebut. Jumlah santri diniyyah kemudian semkain banyak dari berbagai wilayah di Kecamatan Batanghari,yang pada umumnya berangkat ngaji saat itu naik sepeda, sehingga banyak sekali berjejer sepede ontel di sekitar madrasah.

Lama kelamaan, banyak santri yang belajar dari desa-desa yang jauh, sehingga Ky. Pardi bersama masyarakat kemudian mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Huda. Awal pendirian ditandai dengan adanya waqaf bekas kandang kerbau dari Bapak H. Maryono untuk digunakan sebagai tempat belajar dan menginap santri. Pesantren kemudian berkembang dengan mendirikan lembaga pendidikan formal, untuk jenjang sekolah menengah pertama dan menengah atas.


Dome Buildings during Golden Hour

Sistem Pendidikan

Adopsi Kurikulum Salaf

Metode belajar mengajar di pesantren Mambaul Huda sebagaimana umumnya pesantren salaf menggunakan metode sorogan-wetonan/ sorogan-bandongan dan metode klasikal. Metode sorogan (talaqqi) adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Santri menghafal dan membaca kitab-kitab nahwu dasar, seperti: al-Ajurrumiyah karya imam as-Sonhaji, al-`Imri`ti karya Syarafuddin Yahya al-Imri`ti, dan Alfiyyah ibnu Malik


Sedangkan sistem wetonan/ bandongan (halaqah) adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang santri menyimak, mendengarkan dan memberi ma'na (terjemah lafadz-perlafadz beserta posisi lafadz dari segi i'rab) pada kitab tersebut. Bandongan digunakan untuk mengkaji kitab dari berbagai bidang keilmua, seperti fiqh, tafsir, hadis, tasawwuf, sirah dan sebagainya.

Sistem Klasikal

Sistem klasikal diterapkan di Pondok Pesantren Mambaul Huda dengan membagi santri dalam beberapa kelas sesuai kemampuan keilmuan, bukan berdasarkan umur atau senioritas. Pembagain kelas didasarkan pada placement test di awal masuk.

Dome Buildings during Golden Hour

Sarana Pendidikan

Luas Tanah

Pondok Pesantren Mambaul Huda berdiri di atas tanah seluas 2 hektar yang di atsnya dibangun asrama putra, asrama putri, ruang belajar, masjid, kantor, MCK, aula, halaman, kolam, tempat parkir, kantin dan fasilitas pendukung lainnya

Asrama Putra

Asrama santri putra terdiri dari 6 kamar untuk kapasitas 50 orang santri.

Asrama Putri

Asrama santri putri terdiri dari 2 unit 10 kamar yang dapat menampung 100 orang santri.

Dome Buildings during Golden Hour

Peran masyarakat

Peran masyarakat dalam perkembangan Pondok Pesantren Mambaul Huda tidak bisa diabaikan. Sejak awal pendiriannya pada tahun 1973 oleh Ky. Pardi, masyarakat di Kecamatan Batanghari telah menunjukkan dukungan yang luar biasa. Antusiasme mereka terlihat jelas saat pertama kali pendidikan madrasah diniyyah dibuka, di mana banyak warga yang dengan penuh semangat mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar agama. Dukungan masyarakat tidak hanya berupa kehadiran santri, tetapi juga dalam bentuk material dan tenaga. Ketika jumlah santri semakin bertambah, masyarakat berinisiatif membantu Ky. Pardi dalam menyediakan fasilitas yang memadai. Salah satu tonggak penting adalah ketika Bapak H. Maryono mewakafkan bekas kandang kerbau untuk dijadikan tempat belajar dan menginap para santri. Waqaf ini menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Mambaul Huda yang kita kenal sekarang.

Holy Kaabah

JAringan Kemitraan

Mitra Ma`had al-Jami`ah IAIN Metro

Pondok Pesantren Mambaul Huda ditunjuk sebagai mitra Ma`had al-Jami`ah Metro. Kemitraan tersebut merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Pesantren Mambaul Huda. IAIN Metro, dikenal dengan reputasinya dalam pendidikan tinggi Islam, membawa banyak potensi dan kesempatan baru bagi para santri.


Melalui kemitraan ini, para santri yang juga mahasiswa belajar agama secara intensif di pesantren dan belajar keilmuan umum di kampus. Sinergi dengan Mahad al-Jamiah Metro diharapkan membawa dampak positif yang signifikan bagi perkembangan pesantren dan masa depan para santri

Dengan semangat baru dan visi yang lebih luas, Pondok Pesantren Mambaul Huda siap melangkah ke depan, mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan agama tetapi juga kokoh dalam iman dan akhlak.Selain itu, kerjasama ini juga mencakup penyelenggaraan berbagai kegiatan ilmiah dan keagamaan yang diharapkan dapat memperkaya pengalaman belajar para santri. Seminar, workshop, dan diskusi keagamaan menjadi bagian rutin dalam kalender akademik, memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam kepada para santri.


Tambahkan Pesan Ajakan

Holy Kaabah

Alumni dan Kontribusinya:


Alumni Pondok Pesantren Mambaul Huda telah memberikan kontribusi yang signifikan di berbagai bidang kehidupan, mencerminkan kualitas pendidikan dan pembinaan yang mereka terima selama di pesantren. Sejak pesantren ini didirikan oleh Ky. Pardi pada tahun 1973, para alumninya telah menyebar ke berbagai wilayah, membawa serta nilai-nilai keislaman dan menjadi tokoh dan panutan bagi masyarakat sekitarnya.


Di bidang dakwah, alumni Pesantren Mambaul Huda banyak yang menjadi ulama, ustadz, dan mubaligh yang dihormati di masyarakat. Mereka aktif menyebarkan ajaran Islam dengan pendekatan yang bijaksana dan moderat, mengajak umat untuk memahami dan mengamalkan Islam secara menyeluruh dan penuh kedamaian. Pengaruh mereka sangat terasa di berbagai majelis taklim, masjid, dan komunitas Muslim di berbagai daerah.


Jaringan alumni Pondok Pesantren Mambaul Huda yang solid juga sering mengadakan reuni dan berbagai kegiatan bersama untuk mempererat silaturahmi dan saling berbagi pengalaman. Mereka berperan aktif dalam mendukung perkembangan pesantren, baik dalam bentuk donasi, program pengembangan kapasitas, maupun pemberian motivasi kepada para santri.